SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Tinggi Negeri) merupakan salah satu jalur masuk Perguruan Tinggi
Negeri (PTN) yang berlingkup nasional. SBMPTN dilaksanakan serentak pada
tanggal dan waktu yang sama di seluruh Indonesia. Seleksinya dilakukan secara terpusat
oleh tim seleksi SBMPTN. Parameter penilaian di dalam SBMPTN adalah nilai tes
dan nilai ujian keterampilan (untuk program studi tertentu).
Tak dapat dipungkiri bahwa
dalam dunia SBMPTN ini, banyak sekali info bias yang berseliweran dan diragukan
keabsahannya. Info-info tersebut muncul karena kurangnya kejelasan informasi
dari panitia SBMPTN itu sendiri dan/atau kesalahpahaman sebagian orang, baik
yang salah memahami informasi maupun yang salah berkaca pada pengalamannya.
Kalau sudah seperti ini, kita bisa salah dalam menyusun strategi untuk SBMPTN
dan akhirnya mengantarkan kita menuju kegagalan.
Kali ini, saya akan memaparkan tujuh info dan persepsi yang sering salah di
dalam dunia SBMPTN. Setidaknya hal-hal yang saya paparkan di sini disimpulkan
berdasarkan informasi dan pengalaman yang saya dapatkan selama kurang lebih
setahun.
1.
Nilai Mati
Nilai mati adalah info bias
yang paling ngetrend di dalam dunia
SBMPTN. Banyak sekali jenis-jenis nilai mati yang beredar. Walau banyak
jenisnya, nilai mati memiliki inti yang sama. Nilai mati adalah nilai atau skor
yang menyebabkan kita langsung gugur jika mendapatkan nilai itu.
Ada yang bilang kalau kita
mendapatkan nilai minus atau nol di salah satu mata uji SBMPTN, kita otomatis
akan gugur. Ada juga yang bilang bahwa tidak masalah jika mendapat nilai minus
atau nol di salah satu mata uji SBMPTN asalkan tidak ada mata uji yang “tidak
diisi sama sekali”. Ada lagi yang bilang bahwa nilai mati itu adalah skor
kurang dari 2,5 pada dua atau lebih mata uji. Masih banyak lagi jenis-jenis
nilai mati yang beredar di luar sana.
Perlu diketahui, penilaian skor SBMPTN
memiliki ketentuan sebagai berikut:
Mendapat
4 kalau jawaban benar.
Mendapat
-1 kalau jawaban salah.
Mendapat 0 kalau tidak diisi.
Setiap mata uji memiliki 15
soal dan total mata uji dalam SBMPTN ada 10 mata uji (SBMPTN 2014).
Saya punya kesimpulan bahwa nilai mati dalam SBMPTN itu TIDAK ADA. Mengapa? Pertama, tidak ada ketentuan
nilai mati seperti ini di laman Resmi SBMPTN ataupun dari panitia SBMPTN
sendiri. Kedua, banyak peserta-peserta SBMPTN yang mengaku bahwa mereka tidak
mengisi salah satu mata uji dan ada juga yang mengaku kalau mereka memiliki
skor minus pada beberapa mata uji tapi nyatanya mereka LOLOS SBMPTN.
Selain itu, adanya nilai mati
dalam SBMPTN malah membuat SBMPTN menjadi aneh. Bayangkan kalau semua peserta
SBMPTN mendapatkan nilai mati. Masa iya tidak ada satu pun peserta yang
diterima SBMPTN.
Seleksi masuk Perguruan Tinggi
yang dengan jelas memiliki nilai mati adalah USM STAN (Ujian Saringan Masuk STAN).
2.
Mengikuti Jalur IPC jika Ingin Lintas Jurusan
Sebenarnya, poin nomor dua ini
lebih tepat disebut salah persepsi daripada info bias. Katanya, kalau ingin
lintas jurusan di SBMPTN, kita harus ikut jalur IPC. Misalnya, anak IPA mau memilih
Akuntansi yang merupakan jurusan ranah IPS. Si anak IPA tersebut berarti harus mengikuti
jalur IPC buat SBMPTN-nya.
Ini jelas sangat keliru. Telah
dijelaskan dengan sejelas-jelasnya di laman resmi SBMPTN bahwa
sistem pengelompokan jenis ujian (IPA, IPS, IPC) dalam SBMPTN tidak bergantung
pada jurusan kita waktu di SMA, tetapi bergantung pada jenis program studi yang
kita pilih. Jalur IPC harus kita ikuti jika kita memilih jurusan dari ranah IPA
dan IPS. Misalnya, kita memilih Matematika Unpad (IPA), Fisika Unpad (IPA), dan
Sastra Inggris Unpad (IPS).
3.
Tempat Tes Memengaruhi Seleksi
Memilih tempat ujiannya yang terdekat, ya, agar tesnya
tenang! by www.unsoed.ac.id
Poin nomor tiga ini merupakan
info bias alias info salah. Sudah jelas disebutkan di dalam laman Resmi SBMPTN bahwa
parameter penilaian dalam SBMPTN hanya nilai tes ditambah nilai ujian
keterampilan (bagi program studi tertentu). Tidak ada ketentuan kalau tempat
memengaruhi nilai tes atau penerimaan kita dalam SBMPTN. Kita dapat memilih
tempat tes sesuka hati kita (syarat
dan ketentuan berlaku).
“Tempat ujian tidak menjadi bahan pertimbangan dalam proses
seleksi dan penentuan kelulusan seorang calon mahasiswa di perguruan tinggi
negeri yang dipilihnya.” (Laman resmi USM ITB Terpadu)
4.
Peserta Bidikmisi dan Non-Bidikmisi Dibedakan
Semangat Bidikmisi! By uiupdate.ui.ac.id
Menurut poin nomor empat,
peserta Bidikmisi memiliki peluang atau kuota yang lebih kecil daripada peserta
non-Bidikmisi. Hal ini keliru. Bidikmisi adalah program bantuan biaya
pendidikan dari pemerintah, bukan jalur seleksi masuk PTN. Kembali lagi ke
ketentuan SBMPTN – parameter penilaian adalah nilai tes – . Tidak disebutkan bahwa
peserta Bidikmisi memiliki kuota sendiri.
Memang, setiap PTN memiliki kuota
Bidikmisi masing-masing. Namun, hal ini tidak lantas membuat perbedaan antara
peserta Bidikmisi dan non-Bidikmisi dalam jalur SBMPTN. Sekali lagi, yang
berbicara dalam tes SBMPTN adalah nilai tes. Jika ternyata peserta Bidikmisi
yang diterima di SBMPTN melampaui kuota di Bidikmisi di PTN tempat dia diterima,
Dikti masih mempunyai kuota tambahan yang bisa dialokasikan sesuai kebutuhan.
Info tambahan : Statement ini diperkuat dengan
pernyataan yang dilontarkan oleh Bapak Wakil Rektor Bidang Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. H. Engkus Kuswarno, MS, pada
acara pembekalan mahasiswa Bidikmisi Unpad. Beliau menyatakan bahwa dalam
seleksi SBMPTN, background peserta
tidak dilihat. Yang dilihat hanyalah nilai tes. Jika peserta SBMPTN pelamar
Bidikmisi yang diterima melebihi kuota, peserta tersebut tetap diterima.
Passing
Grade merupakan suatu nilai patokan untuk lulus di suatu program
studi. Biasanya berupa persentase. Misalnya, Passing Grade Matematika Unpad adalah 36%. Berarti, untuk lolos di
program studi Matematika Unpad, kita minimal harus mendapatkan skor 36% dari
skor sempurna. Passing Grade biasanya
dibuat oleh bimbingan belajar atau lembaga-lembaga tertentu sebagai acuan/patokan
untuk lolos di satu program studi. Passing
Grade sendiri sebenarnya tidak ada dalam SBMPTN.
Namun, banyak yang salah
persepsi tentang Passing Grade.
Banyak yang berpikir kalau Passing Grade
itu benar-benar ketentuan dan sistem seleksi yang resmi dalam SBMPTN. Ini jelas
keliru. Kalau memang benar seleksi SBMPTN menggunakan Passing Grade, mengapa yang ditampilkan di laman Resmi SBMPTN adalah
daya tampung dan jumlah peminat tahun
sebelumnya? Bukan Passing Grade-nya?
Prinsip seleksi SBMPTN adalah
“menjaring”. Misalnya, program studi Agribisnis Unpad mempunyai kuota 45.
Berarti, yang akan diterima di Agribisnis Unpad adalah 45 peserta nilai
tertinggi. Jika SBMPTN menggunakan sistem Passing
Grade dan ternyata ada 100 peserta yang memenuhi Passing Grade tersebut, akan dike-mana-kan 55 orang yang lain? Masa
bawa kursi sendiri dari rumah. Tidak mungkin, ‘kan?
Jadi, jangan sampai salah
memahami Passing Grade. Passing Grade hanya patokan/acuan, bukan
sistem seleksi resmi dalam SBMPTN.
6.
Pembobotan Mata Uji pada Setiap Program Studi Berbeda
Jangan cuma fokus ke satu mata uji, ya! by www.planetyar.com
Sepertinya, info bias ini
muncul karena pemikiran awam. Menurut info bias nomor enam ini, bobot setiap
mata uji berbeda-beda tergantung program studi yang dipilih. Misalnya, bobot
mata uji Biologi lebih tinggi dari Fisika jika kita memilih program studi
Pendidikan Dokter. Jadi intinya, menurut info ini, kita harus meningkatkan skor
mata uji yang sesuai atau relevan dengan program studi yang dipilih.
Info nomor enam ini jelas
keliru karena info yang ada di dalam laman Resmi SBMPTN justru kontradiktif
dengan info ini. Dalam laman
resmi SBMPTN, disebutkan bahwa “Setiap mata uji bernilai
sama dan tidak ada yang diabaikan”. Jadi sudah jelas bahwa bobot setiap mata
uji adalah sama.
“Penilaian dilakukan secara menyeluruh. Oleh karena itu,
setiap mata uji harus dikerjakan sebaik mungkin dan tidak ada yang diabaikan.”
(Laman resmi SBMPTN)
7.
Ada PTN yang Tidak Ingin Dinomorduakan
Dalam SNMPTN (Bukan SBMPTN),
banyak beredar info kalau ada beberapa PTN yang tidak ingin dijadikan pilihan kedua.
Dan memang, jarang sekali peserta SNMPTN yang diterima di pilihan kedua atau ketiga.
Terlepas apakah benar ada PTN yang tidak ingin dinomorduakan atau karena sistem
seleksinya berbeda, yang jelas, fakta berkata demikian.
Namun, hal ini tidak berlaku di
dalam SBMPTN. Mengapa? Karena sistem penyeleksian SBMPTN terpusat oleh sebuah
sistem – tidak diseleksi oleh masing-masing PTN –. Salah satu buktinya yaitu
banyak peserta SBMPTN yang diterima di pilihan kedua atau ketiga, tidak seperti
SNMPTN.
Ya, bagaimanapun juga,
penguasaan informasi merupakan hal penting dalam peperangan. SBMPTN ibarat
peperangan. Jadi, penguasaan informasi mutlak penting jika kamu benar-benar
ingin tembus masuk PTN.
Semoga, artikel saya ini bisa membantu kalian yang
khususnya sedang dilanda euforia seleksi masuk PTN. Tidak ada waktu untuk
bersantai-santai. Siapkan amunisi se-dini mungkin.
“Ingat, di saat kamu sedang bersantai-santai, ribuan
sainganmu sedang belajar!”
TUJUH (7) INFO DAN PERSEPSI SALAH TENTANG SBMPTN